Hati-hati, Ini 2 Jenis Munafiq di Sekitar Kita, Begini Cara Mengenalinya
Kalau boleh dimisalkan, sesungguhnya kaum munafik itu mempunyai tubuh yang indah, manis bibirnya, fasih bicaranya, tapi busuk hatinya. Mereka itu, bagai tongkat bambu – yang bersandar – tanpa buah hingga tinggallah ia potongan-potongan kayu yang tertancap di bumi, Al-Quran.
Ciri lain dari kaum munafik itu, adalah selalu shalat di akhir waktu bahkan nyaris habis. Bangun subuh pada saat terangnya matahari, shalat Ashar tatkala matahari terbenam. Juga, cara shalatnya sangat memprihatinkan, bagai anggukan-anggukan burung gagak. Jasmaninya melakukan gerakan-gerakan shalat – dengan amat cepat, sedang rohaninya tidak.
Ketidakkhusukan dalam shalat pun nampak. Bola matanya melirik kesana dan kemari. Tentu saja, dalam melakukan shalat itu mereka enggan berjamaah. Mereka lebih senang sendiri baik di rumah maupun di tempat kerja – agar cepat selesai.
Secara kuantitas, kaum munafik itu besar, tapi secara kualitas amat kecil (rendah). Mereka adalah manusia-manusia bodoh, yang mencoba menjadi orang yang paling menipu Allah. Tapi sayang, mereka tidak memahaminya.
Dalam Al-Quran disebutkan, ketika orang-orang beriman mendapat rahmat, maka orang-orang munafik menjadi kecewa berat. Tapi, bila terkena musibah, kaum munafik itu bersuka ria. Perilaku ini, memang amatlah jauh dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam.
“Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu).” (QS: At Taubah [9]: 56]
Hasan al-Basry, pernah meriwayatkan, “Hanya orang yang beriman yang takut dari kemunafikan, dan hanya orang munafik yang merasa aman darinya (kemunafikan).”(Shahih Al Bukhari)
Dalam hal menghadapi para munafik itu, para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam punya do’a khusus untuk menghindari orang munafiq.
“Wahai Allah bersihkanlah hatiku dari nifaq, (bersihkanlah) amalku dari riya, (bersihkanlah) lisanku dari dusta, (bersihkanlah) mataku dari pengkhianatan. Sesungguhnya Engkau mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan didalam dada.” (HR. Hakim)
Nifaq dibagi menjadi dua jenis: Nifaq I’tiqadi dan Nifaq ‘Amali.
Nifaq I’tiqadi (keyakinan) masuk nifaq besar, di mana pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menjadikan pelakunya keluar dari agama. Allah menyifati para pelaku nifaq ini dengan berbagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman, mengolok-olok dan mencaci agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam.
Di antara Nifaq I’tiqadi adalah; Mendustakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, membenci Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, gembira dengan kemunduran agama Islam dan tidak senang dengan kemenangan Islam.
Nifaq ‘Amali (perbuatan) adalah melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama, tetapi merupakan wasilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam iman dan nifaq. Lalu jika perbuatan nifaqnya banyak, maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya dia ke dalam nifaq sesungguhnya, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Ada empat hal yang jika terdapat pada diri seseorang, maka ia menjadi seorang munafiq sejati, dan jika terdapat padanya salah satu dari sifat tersebut, maka ia memiliki satu karakter kemunafikan hingga ia meninggalkannya: 1) jika dipercaya ia berkhianat, 2) jika berbicara ia berdusta, 3) jika berjanji ia memungkiri, dan 4) jika bertengkar ia melewati batas.” [HR. Bukhori]
Terkadang pada diri seorang hamba terkumpul kebiasaan-kebiasaan baik dan kebiasaan-kebiasaan buruk, perbuatan iman dan perbuatan kufur dan nifaq. Karena itu, ia mendapatkan pahala dan siksa sesuai konsekuensi dari apa yang ia lakukan, seperti malas dalam melakukan shalat berjama’ah di masjid.
Ini adalah di antara sifat orang-orang munafik. Sifat nifaq adalah sesuatu yang buruk dan sangat berbahaya, sehingga para Sahabat Radhiyallahu anhum begitu sangat takutnya kalau-kalau dirinya terjerumus ke dalam nifaq.
Dalam surah Al-Baqarah pada ayat ke8 dan – 20 sangat jelas menggambarkan isi hati, perilaku, dan efek perbuatan kaum munafik itu.
Di bibirnya mereka menyatakan beriman kepada Allah dan hari kemudian namun hatinya sesungguhnya ingkar.
Mereka juga berpura-pura untuk membodohi dan membohongi kaum Muslimin, padahal mereka pada hakikatnya membohongi diri sendiri. Mereka itu berteman dengan sesamanya, dan bila bertemu dengan temannya mereka mencemooh kaum Muslimin, menganggap bodoh kaum mukmin itu.
Perilaku hidup mereka akan menepuk dada, mendatangkan kerusakan di bumi. Namun jika diingatkan mereka akan menepuk dada dan berkata pekerjaan itu adalah membangun.
Kaum munafik itu pada hakikatnya adalah rugi besar, karena telah menjual kebenaran dengan harga yang amat murah, bahkan perilaku mereka itu merusak diri sendiri. Orang munafik itu adalah golongan manusia yang merusak lingkungannya.
Kaum munafik itulah musuh kaum Muslimin. Mereka sering menghasut agar kaum Muslimin tidak saling menolong satu sama lainnya. Prinsip ini jelas dinyatakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dalam surah Al-Munafikun ayat 1 s.d 8.
Di dalam Al-Quran banyak diberikan pedoman cara bersikap terhadap kaum munafik. Secara berturut-turut akan dirinci sebagai berikut :
- Menyingkirlah dari mereka di luar hal-hal yang diperlukan.
- Nyatakanlah kepada mereka perkataan yang pedas dan mampu membekas pada jiwa mereka.
- Beri mereka pelajaran agar jera.
- Kalau mereka memusuhi kaum Muslimin, maka musuhilah mereka dan lawanlah mereka dengan tegas.
- Janganlah kamu jadikan mereka itu penolongmu dalam kesulitan dan jangan sekali-kali mereka dijadikan pemimpin.
- Bersikap keraslah pada kaum munafik ini, agar mereka sadar.
- Kalau mereka mati janganlah dishalatkan jenazahnya, dan jangan pula kamu berdiri mendoa’kan di kuburnya.
- Hendaklah kamu bersikap waspada kepada mereka.
- Perangilah mereka, jika mereka memerangi kaum Muslimin.
Demikianlah sikap tegas yang dituntunkan oleh Allah terhadap kaum munafik sebagaimana dinyatakan dalam surah An Nisaa’ [4]:63-89; At Taubah [9]:73 dan 84 ; 63.
Oleh: Apala Risma (Penulis adalah seorang pengajar)
Sumber: hidayatullah.com
from islamidia.com http://ift.tt/2he8HZ7
Post a Comment