Suku Pemburu Kepala Paling Tersohor Di Dunia
Berburu kepala atau Headhunting merupakan sebuah ritual yang biasa dilakukan oleh beberapa suku pedalamam pada masa lalu. Tindakan yang tergolong primitif ini, biasanya mereka lakukan selama peperangan antar suku yang biasa terjadi, maupun hanya untuk menunjukan eksistensi dan derajat seseorang di mata sukunya. Dalam beberapa kasus, ritualHeadhunting juga merupakan ujian kedewasaan, bagi seorang remaja lelaki di sebuah suku tertentu. Untungnya seiring dengan perubahan jaman, praktik berbau kekerasan ini mulai ditinggalkan. Meski kadang dalam beberapa kasus yang sangat langka, masih di temukan praktek Headhunting di beberapa suku pedalaman. Namun hal mengerikan ini sudah, bukan merupakan bagian dari hukum adat sebuah suku, melainkan tindakan perseorangan yang biasanya di dasari oleh dendam ataupun permusuhan. Dan berikut ini adalah Suku Pemburu Kepala Paling Tersohor Di Dunia. versianehdidunia.com.
Suku Igorot - Filipina
Praktik perburuan kepala yang di lakukan suku Igorot, biasanya di dasari oleh berbagai macam alasan, mulai dari perebutan kekuasaan, persembahan untuk musim panen, hungga sebagai tumbal untuk kesehatan dan juga seserahan saat upacara pernikahan. Namun tak sembarangan orang boleh melakukan ritual Headhunting, karena dalam aturan suku Igoro, yang dipercolehkan untu melakukan perburuan ini adalah seorang prajurit yang sudah pernah ikut dalam sebuah peperangan atau memenagkan duel dengan lawanya. Prajurit seperti ini biasa akan di tandai dengan sebuah tatto bernama Chaklag, yang merupakan tanda dari seorang Headhunter. Pada saat memenggal kepala, kebanyakan suku Igorot akan menggunakan senjata tradisional mereka yang berbentuk seperti kapak besar.
Suku Igorot juga mempercayai jika semakin banyak kepala yang di penggal oleh seseorang, maka akan semakin tinggi pua kekuatan magis orang tersebut. Karena ini bangsa Igorot di kenal sebagai bangsa yang sangat suka berperang, akibat tingginya perselisihan antar suku yang sering di picu oleh perasaan tersinggung karena ada salah satu anggota sukunya, yang di penggal oleh suku lain. Bukti dari tingginya tensi peperangan suku Igorot, tertuang dalam buku karangan Albert Ernest Jenks, berjudul "The Bontoc Igorot" yang terbit pada tahun 1905. Dalam buku tersebut, peperangan suku Igarot bisa berlangsung antara benerapa jam hingga satu hari penuh dan baru akan berhenti jika kedua belah suku telah puas dengan jumlah kepala yang mereka penggal. Jumlah dari orang yang di penggal pun berfariasi mulai dari hanya 1 orang saja hingga bisa mencapai lusinan, tergantung seberapa dalam dendam antara ke dua suku. Praktik headhunter ini sendiri, sudah mulai di tinggalkan saat masuknya Agama Kristen, di lingkup kehidupan suku Igorot yang sekaligus mulai merubah pola pikir mereka, yang akhirnya meninggalkan praktik perburuan kepala ini.
Suku Shuar - Peru & Ekuador
Suku Shuar merupakan sebuah kelompok masyarakat yang mendiami bagian terpencil dari hutanAmazon, yang ada di wilayah dataran yang ada di dua negara yaitu Peru dan Ekuador. Suku yang konon memiliki struktur masyarakat yang kompleks, di kenal memiliki berbagai macam ritual yang cukup rumit. Mulai dari ritual kedewasaan para remaja pria, yang di haruskan untuk melakukan perjalanan selama beberapa minggu dengan Ayah atau Pamanya ke sebuah air terjun yang di keramatkan. Selama perjalanan ini remaja dari suku Shuar hanya diperbolehkan mengkonsumsi air perasan tembakau yang dipercaya dapat membuat mereka kuat dan siap untuk berlaga di medan peperangan.
Ritual lain yang cukup mengerikan, adalah kebiasaan suku ini untuk berburu kepala manusia dan mengawetkanya sebagai jimat yang biasa di sebut Tsantsa. Selain di gunakan sebagai jimat, Tsantsa juga sering dianggap sebagai lambang supremasi bagi suku Shuar, semakin banyak seseorang memiliki Tsantsa maka semakin tinggi pula kedudukan orang tersebut. Proses pengawetan kepala ini sendiri pernah diabadikan oleh Edmundo Bielawski, dalam rekaman yang Ia buat pada tahun 1965 yang lalu. Rekaman ini menjadi satu - satunya rekaman yang pernah mendokumentasikan proses pengawetan kepala yang di lakukan oleh suku Shuar, dan bagaimana suku ini bisa menciutkan ukuran kepala yang telah mereka penggal.
Suku Maori - Selandia Baru
Bagi suku Maori yang mendiami Selandia baru, bagian dari tubuh dari musuh terutama kepala mereka meupakan sebuah aset berharga yang akan disimpan sebagai tanda superioritas seseorang. Para ksatria Maori biasanya akan menjadikan kepala musuhnya sebagai hiasan atau kadang bahkan sebagai alat untuk menghisap tembakau. Untuk melakukan kebiasaan yang sudah berjalan selama ratusan tahun ini, biasanya sebuah kepala akan di buang otak dan bagian lain dari kepala, sebelum akihnya di keringkan.
Untungnya saat ini kebiasaan mengerikan suku Maori ini, sudah tak lagi dilakukan. Namun salah satu bukti pernah adanya praktik headhunter yang pernah di lakukan suku ini adalah dengan adanyaMokamakai atau deretan hiasan milik suku Maori, yang dibawa oleh misionaris Perancis yang pernah singgah di Selandia Baru ke Eropa pada abad ke 19 yang lalu. Mokomakai ini sendiri, sejak tahun 2012 yang lalu telah di kembalikan ke Selandia baru karena dianggap sebagai warisan budaya dari leluhur suku Maori.
Suku Atayal - Taiwan
Suku Atayal atau lebih di kenal sebagai Suku Aborigin Taiwan, merupakan sebuah suku yang mendalami wilayah pegunungan terpencil di Taiwan pada abad ke 17 hingga 18. Suku ini sangat terkenal dengan ritual berburu kepala yang biasa mereka lakukan. Dahulu Suku ini konon menganggap semua orang asing yang memasuki wilayah mereka sebagai musuh dan akan memburu dan membunuh orang tersebut. Suku ini sendiri diduga masih memiliki kekerabatan suku Igorot yang ada di Filipina.
Suku Atayal biasanya akan memajang setiap kepala musuh yang berhasil mereka penggal, di sebuah rak yang ada di depan desa mereka. Tak jarang juga kepala yang baru saja di penggal akan di tanjapkan pada sebuah tiang kayu dan dianggap sebagai trofi kemenangan. Selain pratik Headhunter yang cukup mengerikan suku ini juga terkenal dengan budaya tatto tribal mereka yang sekaligus menjadi ciri khas dari suku ini.
Suku Aztec - Meksiko
Selain terkenal dengan ritual pengorbanan manusia yang biasa mereka lakukan. Suku Aztec yang mendiami dataran tinggi Meksiko juga di kenal dengan kegemaran mereka berburu kepala dari musuh - musuh mereka. Dan kepala - kepala yang berhasil mereka buru ini, biasanya akan di kumpulkan dalam sebuah rak kayu bernama Tzompanti. Untuk bisa di letakan di Tzompanti, bisasanya kepala - kepala yang telah di penggal akan di beri lubang agar bisa di masukan di tiang penyangga yang ada di Tzompanti.
Praktik Tzompati ini sendiri diperkirakan sudah dimulai sejak abad ke 7 atau 13 masehi. Menurut catatan dari Fray Diego Durán, dan Bernard Ortiz de Montellano, yang menceritakan tentang penaklukan Andrés de Tapia di wilayah suku Aztec. telah di temukan setidaknya 60 ribu tengkorak manusia di kuil Tenochtitlan. Kesemua tengkorak ini tertata rapi dalam Tzompati raksasa yang di sebut Hueyi Tzompantli. Pada catatan tersebut juga di sebutkan setidaknya ada 5 buah Hueyi Tzompantli dalam kompleks kuil Tenochtitlan.
Suku Dayak Laut - Borneo
Suku Dayak Laut atau biasa di sebut sebagai orang Iban, merupakan suku yang mendiami sebagian wilayah Kalimantan Barat, Brunei dan juga Sarawak Malaysia. Suku ini di sebut sebagai Dayak Laut karena mereka memang biasa mendiami wilayah pesisir pantai. Namun bukan itu yang membuat Suku Dayak Laut menjadi terkenal bahkan hingga ke manca negara. Yang membuat suku ini terkenal adalah kebiasaan mereka berburu kepala, terutama saat mereka sedang berperang untuk melakukan perluasan wilayah.
Peperangan yang di lakukan oleh Suku Dayak laut biasanya berjalan lumayan sengit. Dalam peperangan inilah suku Iban biasanya melakukan praktik pemenggalam kepala lawanya untuk menunjukan ketanguhan seorang prajurik suku Iban dan untuk meraih reputasi di mata lawan - lawan mereka. Dalam bahasa lokal suku Iban ritual yang di sebut Ngayau ini sendiri, juga pernah sangat tersohor pada era perang dunia ke II, dimana konon Suku Dayak Iban membentuk aliansi yang berisi ribuan ksatria pemburu kepala yang konon telah berhasil menghabisi setidaknya 1.500 tentara Jepang yang datang ke Kalimantan. Saat ini sendiri praktik Ngayau atau berburu kepala ini sudah ditinggalkan seiring dengan perkembangan Zaman.
Post a Comment