Orang yang Jarang Pamer di Media Sosial, Justru Hidupnya Lebih Sukses dan Bahagia. Ini Penjelasannya
Bagi sebagian kamu, media sosial mungkin tak ubahnya buku diari. Apa pun yang tengah kamu rasa dan alami tak segan kamu bagi di laman media sosialmu. Seperti sudah menjadi sesuatu yang lumrah manakala pencapaian dan kemesraan dengan pasangan dikabarkan di media sosial. Bukan sesuatu yang perlu diperkarakan memang.
Namun, akan berubah menjadi sesuatu yang menyebalkan manakala kamu memposisikan diri sebagai orang lain yang membacanya. Bayangkan, ketika kamu membuka lini masamu, tiba-tiba dipenuhi dengan postingan orang lain yang bernada pamer pencapaian atau umbar kemesraan dengan pasangan. Sontak, kamu akan menggerutu dengan bilang iuh.. Atau apaan sih..
Di tengah banyaknya orang yang hobi memposting sesuatu bernada pamer yang menyebalkan tersebut, nyatanya masih ada segelintir orang yang memilih untuk memposting sesuatu yang bermanfaat di media sosial. Mereka yang enggan untuk pamer di lini masa.
Namun, meski terkesan jarang berbagi pencapaian atau kebersamaan dengan pasangan, bukan berarti mereka tak punya prestasi atau kebahagiaan yang bisa dibagi. Di balik heningnya lini masa mereka, sebenarnya mereka punya kehidupan yang lebih sukses dan bahagia daripada mereka yang berisik di media sosial.
1. Jarang memposting pencapaian di media sosial bukan berarti mereka pribadi yang tertutup. Justru bagi mereka pencapaian cukup dirayakan oleh orang-orang tersayang
Di tengah banyaknya orang yang narsis, nyatanya masih ada segelintir orang yang enggan pamer di lini masa mereka. Bagi mereka, segala pencapaian cukup dibagi pada orang-orang terdekat. Momen yang membahagiakan pun tak melulu harus diposting di lini masa mereka.
Prestasi atau kebersamaan dengan teman dan pasangan tak harus setiap waktu di posting ke lini masa mereka. Tapi, foto mereka sendiri sering muncul di instagram teman-teman mereka, meski mereka tidak mempostingnya. Meski terkesan tertutup, nyatanya dibalik itu mereka punya kehidupan yang bahagia dan punya banyak teman.
2. Pun postingan saat mereka traveling jauh dari kesan pamer tapi lebih informatif. Bahkan muka sendiri seringkali tak pernah nampang
Di zaman yang serba digital ini, banyak orang yang ketagihan untuk memposting apa pun ke media sosial mereka. Termasuk kegiatan traveling mereka. Tak masalah memang, karena itu menjadi hal siapa saja. Namun, berubah menjadi sesuatu yang menyebalkan manakala postingan foto traveling tersebut disertai dengan caption yang bernada pamer seperti
Ke Bali dulu nih buang-buang duit gajian. Bermalam dulu nih di hotel bintang lima.
Foto yang mereka unggah di lini masa milik mereka seringnya disertai dengan caption yang jauh dari kesan pamer. Bahkan seringnya, wajah mereka tak pernah kelihatan di sejumlah foto yang mereka posting. Karena bagi merekatraveling adalah momen untuk menyegarkan pikiran dan bukan untuk dipamerkan.
3. Tak hanya tentang pencapaian, mereka biasanya juga enggan mengumbar kemesraan di media sosial. Kalaupun memposting foto bersama pasangan, seringnya disertai caption yang meneduhkan
Jarang mengumbar mesra di media sosial, tak berarti kehidupan percintaan mereka tak berjalan bahagia. Mereka berprinsip bahwa kebersamaan dengan pasangan tak harus selalu diposting ke media sosial.
Kalaupun sesekali memposting foto bersama pasangan, seringnya disertai dengan caption yang puitis dan bikin ‘baper’ yang bacanya. Tanpa memperlihatkan kedekatan fisik yang berlebihan seperti postingan di atas, sudah cukup memperlihatkan status kalian sebagai pasangan.
4. Kebahagiaan atas segala pencapaian tak harus disertai like atau love di media sosial. Justru mereka yang tak harus lari ke medsos, punya kebahagiaan yang lebih riil
Banyak orang yang hobi memposting foto kebersamaan dengan teman-temannya, nyatanya selalu merasa sepi. Apa yang ditampilkan di lini masa mereka hanya tameng untuk menutupi kehidupan mereka yang sesungguhnya, yang selalu merasa sepi dan kosong.
Tapi, di sisi lain mereka ingin diakui orang lain sebagai pribadi yang selalu bahagia. Berbeda dengan mereka yang hidupnya memang benar-benar dikeliling oleh keluarga dan sahabat yang tulus menyayangi mereka. Jadi, mereka tak butuh pengakuan dari orang-orang di media sosial, karena hidup mereka sudah cukup bahagia.
5. Ketimbang sibuk membangun citra diri di media sosial, mereka lebih memilih menyibukkan diri untuk mengusahakan mimpi. Pamer di media sosial hanya buang-buang waktu
Kesibukan berkarya membuat mereka tak punya cukup waktu untuk pamer hal yang nggak penting di media sosial. Karena sebagian besar waktu mereka digunakan untuk mengusahakan cita-cita yang selama ini mereka harapkan menjadi nyata. Pun jika ada waktu untuk memposting sesuatu, sebisa mungkin adalah hal yang mengajak pada kebaikan.
6. Bagi mereka, media sosial adalah laman untuk menyebar kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat. Tak ayal jika laman media sosial mereka lebih banyak diwarnai dengan postingan bernada charity
Ketimbang sesumbar tentang penghargaan atau prestasi yang pernah diraih, mereka lebih senang mewarnai lini masa mereka dengan sesuatu yang bernada kebaikan. Entah sekadar memposting quotes yang meneduhkan hati atau bahkan postingan tentang kegiatan amal.
Selain itu, tanpa bermaksud untuk ria, mereka lebih senang membagi pengalaman mereka berkegiatan sosial. Dengan tujuan untuk menularkan virus berbuat baik. Media sosial adalah kemajuan teknologi yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebisa mungkin, semua postingan yang tersebar luas akan punya nilai kebajikan tersendiri.
Semoga kita jadi lebih bijak dalam hal memposting sesuatu di lini masa. Karena tidak semua orang nyaman dengan apa yang kita posting. Pastikan bahwa tujuan kita memposting sesuatu di media sosial bukan untuk pamer, melainkan didasari tujuan untuk mengajak pada kebaikan.
Sumber: hipwee.com
from islamidia.com http://ift.tt/2idPliy
Post a Comment