Hi! Welcome Back and Stay Tune! Kaitan Antara Takdir, Ikhtiar, Do’a dan Tawakal - Mukah Pages : Media Marketing Make Easy With 24/7 Auto-Post System. Find Out How It Was Done!

Header Ads

Kaitan Antara Takdir, Ikhtiar, Do’a dan Tawakal




Takdir adalah takaran, ukuran, ketetapan, peraturan, undang-undang yang diciptakan Allah tertulis di Lauh Mahfuz sejak zaman azali dan berlaku bagi semua makhluk-Nya. Takdir ada dua macam, yaitu takdir mubram dimana makhluk tidak diberi peluang atau kesempatan untuk memilih dan mengubahnya, dan takdir muallaq dimana makhluk diberi peluang atau kesempatan untuk memilih dan mengubahnya.

Takdir itu terbagi dua yaitu:

  1. Takdir mubram yakni: takdir yang semata-mata ketentuan Allah seperti kematian, kela hiran,jenis kelamin, jodoh dll.
  2. Takdir Mu’allaq, yakni takdir yang tergantung pada ikhtiar dan potensi yang ada pada manusia seperti sembuh dari sakit bila berobat, sukses dalam berusaha, tingkat hidup, kecerdasan dsb.

Ikhtiar adalah berusaha melakukan segala daya dan upaya untuk mencapai sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut bahasa Arab, ikhtiar berarti ‘memilih’. Dua pengertian yang berbeda itu tetap mempunyai hubungan yang erat dan merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh, setiap orang mempunyai kebebasan memilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada yang mencari nafkah dengan berdagang, bertani, menjadi karyawan, wirausaha, dan lain sebagainya.

“… Berusahalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat usahamu …” (Q.S. At-Taubah 9:105)

“… Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’du 13: 11)

Do’a berasal dari bahasa arab yang akar katanya: Da-‘a-yad’u-du’a-an yang artinya:permohonan, harapan, do’a, pujian, dan sebagainya. Berdo’a artinya menyeru, memanggil, atau memohon pertolongan kepada Allah atas segala sesuatu yang diinginkan.

Seruan kepada Allah itu bisa berbentuk ucapan tasbih(Subhanallah), pujian (Alhamdulillah), istighfar (astaghfirullah), atau memohon (A’udzubillah), dan sebagainya.

Berdo’a merupakan aktivitas ibadah, dan bahkan menurut sabda Nabi Muhammad SAW doa di ibaratkan sebagai otak ibadah (Mughulibadah). Seperti halnya otak bagi manusia yang demikian penting peranaanya bagi kehidupan, demikian pula doa dalam ibadah. Bahkan doa juga merupakan tiang agama (imaduddin) dan sejata bagi orang mukmin (silahul mukmin).

Tawakal diartikan dengan sikap pasrah dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Dalam bahasa Arab, tawakal berarti `mewakilkan’, yaitu mewakilkan kepada Allah untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu urusan.

Ajaran tawakal ini menanamkan kesan bahwa manusia hanya memiliki hak dan berusaha, sedangkan ketentuan terakhir tetap di tangan Allah swt. sehingga apabila usahanya berhasil, is tidak bersikap lupa diri dan apabila mengalami kegagalan, is tidak akan merasa putus asa. Pengertian seperti ini merupakan ajaran tawakal yang paling tepat.

Artinya: “Maka apa bila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS Ali Imran: 159)

Takdir, ikhtiar, do’a dan tawakal adalah empat hal yang sulit untuk dipisah-pisahkan. Dengan kemahakuasaan-Nya, Allah menciptakan undang-undang, peraturan, dan hukum yang tidak dapat diubah oleh siapa pun. Sementara itu, manusia diberi kebebasan untuk memilih dan diberi hak untuk bekerja dan berusaha demi mewujudkan pilihannya. Akan tetapi, setiap manusia tidak dapat dan tidak dibenarkan memaksakan kehendak kepada Allah untuk mewujudkan keinginannya.

Bertawakal bukan berarti bahwa seseorang hanya diam dan bertopang dagu tanpa bekerja. Orang yang sudah menentukan pilihan dan cita-citanya tanpa mau bekerja, hanya akan menjadi lamunan atau khayalan semata karena hal itu tidak akan pernah terlaksana. Firman Allah swt.

Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS An Najm: 39)

Dalam sebuah hadis yang panjang dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dikisahkan bahwa ketika Khalifah Umar bin Khattab ra. dan pasukannya akan masuk ke negeri Syam dan telah sampai di perbatasan, ada yang menyampaikan laporan bahwa di negeri Syam tersebut tengah terjangkit penyakit menular.

Khalifah Umar bin Khattab ra. akhirnya memutuskan untuk membatalkan ke negeri Syam dan kembali pulang ke Madinah. Abu Baidah berkata pada Khalifah, “Mengapa Anda lari dari takdir Allah?” Khalifah Umar bin Khattab ra. menjawab, “Kami lari dari takdir untuk mengejar takdir pula.”

Maksud dari pernyataan `lari dari takdir menuju takdir’ itu adalah bahwa mereka memilih meninggalkan takdir yang buruk menuju pada takdir yang lebih baik. Manusia yang telah diberi fitrah dan pengetahuan untuk dapat membedakan baik dan buruk pasti akan senantiasa mampu menaati segala kebaikan dan menjauhi keburukan.

Oleh karena itu, sebagai penghayatan terhadap keyakinan akan takdir, ikhtiar, doa dan tawakal, maka kewajiban kita memilih segala hal yang baik. Adapun ukuran mengenai baik dan buruknya adalah norma yang tercantum pada Al-Qur’an dan hadits, senantiasa tekun, bersungguh-sungguh dalam bekerja sesuai kemampuan, bertawakal, berdoa, tidak sombong atau lupa diri dan bersyukur apabila berhasil serta tidak berputus asa apabila belum berhasil.

Dari beberapa pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tawakal merupakan sikap penyerahkan diri terhadap segala sesuatu kepada Allah setelah berusaha dengan sungguh-sungguh. Dan tawakal sendiri tidak sah tanpa disertai dengan adanya usaha dan mengikuti sunah, serta aturan-aturan yang ditetapkan Allah SWT.

Memang semua manusia sudah ditetapkan rizkinya masing-masing, namun rizki itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus melalui ikhtiar atau usaha, do’a dan tawakkal. Misalkan saja, jika kita ingin pandai, haruslah kita rajin belajar, dll. Dalam segala usaha (ikhtiar) haruslah disertai dengan do’a, berdo’a dengan sungguh-sungguh kepada Allah mengharap apa yang diinginkan.

Kalau sudah berikhtiar, berdoa dan bertawakkal ternyata tidak membuahkan hasil seperti yang kita harapkan, yakinlah bahwa di balik semua kegagalan pasti ada hikmah yang lebih baik. Boleh jadi kita membenci sesuatu, namun di balik itu ada hikmah kebaikan. Sebaliknya, boleh jadi kita menyukai sesuatu, namun di balik itu ada keburukan. Karenanya, kita harus selalu berprasangka baik pada Allah, bahwa Allah hanya akan memberikan yang terbaik untuk kita.

Sumber: bacaanmadani.com








from islamidia.com http://ift.tt/2iSf4SN

No comments

Comments are welcome and encouraged on this site. Comments deemed to be spam or solely promotional will be deleted. Including link to relevant content is permitted, but comments should be relevant to the post topic.

Comments including profanity and containing language that could deemed offensive will also deleted. Please respectful toward other contributors. Thank you.