Doa Agar Terlindung Dari Buruknya Amal yang Lalu dan yang Akan Datang
Al-hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Allaahumma Innii A’uudzu Bika Min Syarri Maa ‘Amiltu Wa Min Syarri Maa Lam A’mal
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukkan sesuatu yang telah aku lakukan, dan dari keburukkan sesuatu yang belum aku lakukan.”
Sumber Doa
Dari Farwah bin Naufal Al-‘Asyja’i, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha tentang doa yang sering dibaca Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Aisyah menjawab, “beliau sering membaca:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukkan sesuatu yang telah aku lakukan, dan dari keburukkan sesuatu yang belum aku lakukan.” (HR. Muttafaq ‘Alaih dan selainnya)
Keutamaan Doa
Doa memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama ini. Bentuk ibadah, merendahkan diri, dan membutuhkan kepada Allah yang paling nampak. Doa menjadi hiburan dan harapan dalam kondisi berat dan ringan, saat sulit dan lapang. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengabarkan bahwa doa itu ibadah, karena dalam doa seseorang menampilkan ketundukan dan kepatuhan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Inilah tujuan syariat yang paling agung dalam perintah ibadah.
Al-Hasan al-Bashri berkata, “Carilah kenikmatan dalam tiga hal: shalat, Al-Qur’an, dan doa. Jika kamu mendapatkannya maka jagalah dan pujilah Allah dalam hal itu. Dan jika tak kamu temukan kenikmatan pada tiga hal itu, maka ketahuilah bahwa pintu-pintu kebaikan telah tertutup dari dirimu.” (Tercantum dalam al-Hilyah milik Abu Nu’aim: 6/171, dan Syu’abul Iman milik Al-BaihaqiL 5/447)
Jika Allah membuka pintu doa kepada hamba berarti Allah memberikan taufik untuk berbuat baik kepadanya. Dari Umar bin al-Khathab Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
“Aku tidak terbebani dengan dikabulkannya doa, tetapi aku terbebani dengan urusan doa, apabila aku diberi taufiq untuk berdoa pasti ijabah akan datang.” (Disebutkan Syaikhu Islam dalam Iqtidha’ al-Shirathal Mustaqim: 2/229)
Sebagian ulama salaf mengatakan, “sungguh aku lebih takut diharamkan (tidak bisa) berdoa daripada diharamkan dari dikabulkannya doa.” (Fathul Baari: 11/141)
Maka membiasakan diri dengan doa, terutama, doa-doa yang telah diamalkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjadi kebutuhan setiap muslim. Kebahagiaan dan ketentraman dirinya ada pada ubudiyahnya kepada Allah dan perasaan yakin kepada Dzat Maha kuasa. Terlebih, doa ini termasuk doa yang paling banyak beliau baca pada akhir-akhir hayat beliau.
Makna Doa
Doa ini bagian dari doa perlindungan (isti’adzat) dari segala keburukan yang dilakukan hamba dan keburukan yang belum dikerjakannya. Ini mencakup perbuatan buruk yang telah lalu, sedang dikerjakan dan belum dikerjakannya.
Maksud doa di atas, bahwa seseorang berlindung kepada Allah dari keburukan yang diperbuatnya yang bisa menyebabkan datangnya siksa di dunia ataupun di ahirat, walaupun ia tidak menyengaja mengerjakannya. Karena tidak ada musibah yang menimpa seseorang, baik terhadap agama maupun dunianya, kecuali akibat dari dosa-dosa dan kesalahannya. Karena Allah tidak pernah menzalimi seorang hamba. Allah senantiasa menghendaki kebaikan untuk hamba-hamba-Nya.
Imam Nawawi menjelaskan salah satu maksud dari doa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ini, beliau ingin mengajarkan umatnya untuk senantiasa berdoa. Karena Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah seorang ma’sum.
Seluruh perbuatan beliau yang lalu dan yang akan datang adalah perbuatan-perbuatan baik, tidak ada yang buruk. Ini juga mengabarkan tentang ihwal beliau yang senantiasa takut kepada Allah, mengagungkan dan memuliakan-Nya, serta senantiasa merasa butuh kepada Allah setiap saat dalam segala ihwalnya. Wallahu A’lam.
Sumber: voa-islam.com
Sumber islamidia.com http://ift.tt/2jhfBtW
Post a Comment