Ternyata Orang Mati Bisa Melihat Keadaan Orang yang Masih Hidup
Kemarin saat membuka inbox, salah satu sahabat bertanya kepadaku, “Kenapa sih kalau menjelang ramadhan orang-orang banyak yang ke pemakaman? Ngapain?”
Aku jawab pendek, “Kirim doa”.
Mungkin bisa jadi terlintas pertanyaan lanjutan di hati sahabat kita tadi, “emangnya nyampe kiriman doa kita ke orang mati? Emangnya dia tahu apa kalau kita kunjungi?”
Dalam salah satu kitab (buku) yang membahas hal ini, buku berjudul “Ar-Ruh”, penulisnya, Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah membeber banyak dalil bahwa orang yang telah meninggal dunia tahu jika diziarahi dan menjawab salam jika disalami.
Sebuah hadits dari Nabi menjelaskan: “Jika seseorang berziarah kepada makam saudaranya, dan duduk dekat pusara saudaranya itu, maka saudaranya yang telah meninggal itu akan merasa tenang dan menjawab salamnya, sampai orang tadi berdiri pergi meninggalkan pemakaman”.
Bahkan di halaman-halaman berikutnya Ibnu Qoyyim menjelaskan banyak pendapat sekaligus dalil bahwa perbuatan dan tindakan orang-orang yang masih hidup disiarkan secara live kepada kerabatnya yang telah meninggal dunia; jika mereka melihat amal keluarganya itu bagus, mereka akan gembira dan bahagia.
Hmm, oke, sekarang? Apakah ruh-ruh orang yang telah meninggal itu juga saling bertemu dan berkunjung?
Ibnu Qoyyim mengklasifikasikan ruh menjadi dua:
- Ruh yang disiksa
- Ruh yang bergelimang nikmat
Ruh-ruh yang disiksa, tersibukkan oleh siksaan yang dialaminya sehingga tidak sempat saling bertemu atau berkunjung. Sedangkan ruh yang mendapat nikmat, dalam keadaan bebas tidak ditahan sehingga bisa ke mana saja untuk saling berkunjung, bahkan memperbincangkan masa lalu mereka saat hidup di dunia.
Lalu, apakah ruh-ruh orang yang meninggal bisa bertemu dengan yang masih hidup?
Kata Ibnu Qoyyim, bisa, melalui mediasi dunia mimpi saat orang yang masih hidup sedang tidur, saling bicara, ngobrol tentang apa saja, bahkan tentang yang terjadi di dunia, dan cerita soal ini sangat banyak sekali kita dengar. Salah satunya terjadi di zaman Nabi, dialami oleh sahabat-sahabat beliau.
Diceritakan, dua sahabat Nabi yang saling berteman karib, Auf bin Malik dan Sha’b bin Jutsamah, keduanya membuat kesepakatan, jika salah satu dari keduanya meninggal duluan, maka jika bisa, yang meninggal harus datang di mimpi yang masih hidup.
Beberapa waktu kemudian Sha’b meninggal, dan dia datang ke mimpi Auf, Auf pun melihatnya di mimpi dan keduanya mulai berbincang.
“Apa yang kau alami di sana?” Tanya Auf.
“Diampuni dosa-dosaku, alhamdulillah,” jawab Sha’b. Hanya saja Auf melihat bercak hitam di leher Sha’b.
“Apa ini?” Tanya Auf.
“Oh, ini sebab hutangku pada seorang yahudi, 10 Dinar, belum aku bayar, tolong bayarkan, uangnya ada di kotak di rumahku, tempatnya di sudut.” Kata Sha’b.
“Auf, aku beri tahu kamu, semua kabar keluargaku sepeninggalku, seluruhnya sampai padaku, bahkan kucing kami yang barusan mati beberapa hari lalu,” lanjut Sha’b menutup pertemuan itu.
Setelah itu Auf terbangun dengan penuh ketakjuban, dan segera bergegas ke rumah sahabatnya untuk membuktikan apakah mimpi itu benar. Sesampai di rumah sang sahabat, ternyata apa yang dikatakan di mimpi tadi benar. Uang 10 Dinar juga ditemukan di sebuah kotak di sudut rumah, dan oleh Auf diambil untuk dibayarkan pada Yahudi tadi.
Namun Auf bertanya pada Yahudi tadi apa benar Sha’b berhutang padanya 10 Dinar dan belum sempat dibayar? Yahudi tadi membenarkan jika Sha’b berhutang padanya.
Setelah itu Auf kembali ke rumah Sha’b, dan bertanya pada Istri Sha’b, apakah terjadi sesuatu di rumah ini? Istri Sha’b menjawab, tidak terjadi apa-apa, kecuali kucing yang mati beberapa hari lalu.
Percaya atau tidak, kembali ke teman-teman. Dan aku pribadi juga punya cerita senada. Usai kakekku meninggal, sekitar beberapa bulan kemudian beliau datang ke mimpi Babaku, memberitahukan bahwa engsel pintu kamar mandi rusak, disuruh segera memperbaiki agar pintu tidak lepas menimpa cucu-cucunya.
Ketika bangun, baba masih menganggap itu mimpi biasa, dan baba ke kamar mandi seperti biasa, dan saat membuka pintu, ternyata engselnya terlepas beneran. Setelah itu pintu tadi segera dibenahi babaku.
Oke, sekarang, apa mungkin menghadiahkan pahala amal ke orang yang telah meninggal?
Kenapa tidak? Haji atas nama orang meninggal (Haji Badal) saja bisa, yang artinya pahalanya tentu buat orang tadi. Begitupula amal yang lain semisal shalat, puasa, umroh, bacaan qur’an, sedekah, dan doa, semuanya bisa denga niat melakukan amal-amal itu untuk dihadiahkan pada ruh orang yang telah meninggal, dan pahala itu sampai kepada mereka atas izin Allah sebagai sebuah parcel yang sangat berharga. Tentang ini dijelaskan juga secara rinci dan panjang lebar dengan dalil-dalil shahih oleh Ibnu Qoyyim di kitabnya tadi, “Ar-Ruh”.
Soal ruh memang penuh misteri, hanya sedikit pengetahuan kita tentang inti seluruh makhluk hidup itu. Sebagian tentang ruh dari sisi lain pernah juga aku ungkap di salah satu bukuku, “Bengkel Jiwa” (Hasfa Publisher, Agustus 2011).
(Yas-alunaka anir ruh, qul-ir ruh min amri Robbi, wa maa utitum minal ilmi illa qolila) Mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakan bahwa ruh adalah urusan Tuhanku, dan kalian tidak diberi pengetahuan tentangnya kecuali sedikit saja.
Saifurroyya
Sumber islamidia.com http://ift.tt/2jufPgB
Post a Comment