Mereka ini sanggup tinggalkan nikmat hidup yang selesa demi membantu pelarian Rohingya
3/10/17
Pengungsi Rohingya. (Foto: Getty Images)
COX’S BAZAR – Pengungsi Rohingya kini memang menjadi sorotan masyarakat dunia. Berbagai negara berbondong-bondong untuk memberikan bantuan ke tempat pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh. Salah seorang yang ingin terjun langsung untuk membantu adalah Eva Delsi, doktor Rumah Sakit Umum (RSU) PKU Muhammadiyah Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Ia bergegas melamar menjadi sukarelawan kesihatan untuk pengungsi Rohingya di Bangladesh begitu Muhammadiyah Disaster Management Center membuka pendaftaran sukarelawan ke sana.
Dara lulusan Fakulti Kedoktoran Universiti Trisakti dan pakar gawat darurat dari Universiti Brawijaya, Malang, ini tak berfikir dua kali untuk segera turut dalam misi kemanusiaan Indonesia yang tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) dan lalu menjadi Indonesia Humanitarian Alliance (IHA) itu.
"Kalau ke luar negera untuk jalan-jalan ya sering. Tetapi untuk misi tanggap bencana seperti ini, baru kali ini," kata Eva yang rela meninggalkan segala keselesaan di dalam negeri demi sebuah misi kemanusiaan.
Pada Ahad 1 Oktober, doktor muda ini dengan cekatan merawat orang tua, anak-anak, wanita-wanita, dan siapa saja pengungsi Rohingya. Bagai semut menemukan gula, mereka dengan cepat mendatangi pos kesihatan misi kemanusiaan Indonesia yang dibuka sehari sebelumnya, yakni pada 30 September, di kem pengungsi Jamtoli, salah satu dusun di wilayah Cox's Bazar, Bangladesh.
Eva enggan berbicara banyak tentang motivasi humanistisnya. Namun, profesyennya yang membuatnya terbiasa menjadi penampung dan pemberi solusi untuk orang-orang sakit dari berbagai kalangan manusia telah membuatnya mempunyai empati sosial tinggi. Hal ini tentu menjadi bekal teramat besar bagi seorang sukarelawan bantuan kemanusiaan.
Empati itu juga sudah tentu ditunjukkan dr Corona Rintawan yang juga dari RSU PKU Muhammadiyah, namun lebih senior dari Eva.
Koordinator Program Kesihatan IHA itu rela meninggalkan rumah, anak, dan isterinya, jauh ribuan kilometer dari Bangladesh di Indonesia, demi merawat pengungsi-pengungsi yang terusir dan diusir dari akarnya hanya kerana berbeda dari yang mengusir dan menindasnya ketika Tuhan menciptakan manusia sama.
Corona dan Eva adalah dua doktor spesialis gawat darurat, yang merupakan spesialisasi medik terbilang langka di Indonesia. Padahal spesialis-spesialis seperti mereka sangat diperlukan pada situasi-situasi gawat darurat, baik dalam situasi normal maupun situasi-situasi luar biasa akibat bencana atau korban konflik seperti di Bangladesh.
Corona sudah belasan tahun terlibat dalam misi kemanusiaan seperti di kem-kem pelarian Rohingya di Bangladesh ini. Jadi, sudah tak perlu meragukan soal panggilan hati untuk turut dalam misi kemanusiaan ini
sumber: Okezone
✍ Sumber Pautan : ☕ indah.com
Kredit kepada pemilik laman asal dan sekira berminat untuk meneruskan bacaan sila klik link atau copy paste ke web server : http://ift.tt/2yUykmY
(✿◠‿◠)✌ Mukah Pages : Pautan Viral Media Sensasi Tanpa Henti. Memuat-naik beraneka jenis artikel menarik setiap detik tanpa henti dari pelbagai sumber. Selamat membaca dan jangan lupa untuk 👍 Like & 💕 Share di media sosial anda!
Post a Comment